Senin, 18 November 2013

Senin, 15 Maret 2010

SEKAPUR SIRIH

Banyak kawan menganggap aku salah satu penggemar berat Iwan Fals. Karena sampai saat ini baru lagu-lagu Iwan Fals yang paling pas dan mantap buatku. Dan aku belum menemukan pilihan lain selain lagu-lagu Iwan Fals yang ternyata ‘bisa’ didengarkan sampai kedalam ‘hati’ bukan hanya dari materi musiknya tetapi lebih kepada lirik-liriknya"

Lagu-lagu Iwan Fals, meskipun musiknya sederhana, bahkan tidak sedikit yang musiknya ‘tidak jelas’, tetapi masih saja membekas dan penuh kenangan. Padahal aku sendiri mengakui suara Iwan jauh dari tipe suara yang memiliki nilai jual. Apalagi pada lagu-lagu terakhirnya, kadang vocal Iwan kurang memuaskan. Pada beberapa lagu malah hanya menggunakan gitar akustik dengan permainan yang tidak maut-maut banget, cuma jrang-jreng.

Jadi teringat dengan lagu ‘Sore Tugu Pancoran’. Lagu itulah yang aku nyanyikan saat ngumpul bareng kawan kawanku. Genjrang-g Sudah takdir, kawan kawanku yang mengetahui itu hanya tersenyum, Maka setiap hari aku menyanyikannya. Sampai sekarang setiap mendengar lagu itu teringat sama kawan kawanku... Terima kasih Kawan, entah dimana engkau sekarang berada.

Saat SMP kegilaanku pada Iwan Fals menjadi. Tas sekolah penuh dengan wajah Fals. Celana Biru pendek dikedua saku belakangnya sudah pasti ada Fals. Disekujur kain yang membalut kaki samar tertulis lirik ‘Belum Ada Judul’. Sampai sepatu North Star yang aku pakai juga ditempeli wajah Fals. Sayang waktu itu tidak boleh gondrong, kalau boleh sudah pasti aku gondrong juga.

Aku masih ingat ada seorang kawan yang menyindir dengan mengatakan kalau aku ndak keren, ndak gaul, suka kok sama Iwan Fals, kampungan. Tapi ndak tak reken, mau ikut-ikutan gaul rasanya percuma, karena semua itu bukan duniaku. Lagu-lagu mereka saat itu rasanya terlalu lembut. Masa-masa itu biasanya selepas magrib aku suka iseng ngajak beberapa kawanku untuk Nonkrong di terotoar. Mungkin ingin merasakan apa yang dirasakan Fals dahulu.

Rata-rata semalam sudah pasti yang aku nyanyikan adalah lagu-lagunya Iwan Fals, Lagu yang paling sering kami bawakan adalah ‘Di Mata Air Tidak Ada Air Mata’. Kata mereka, kalau aku menyanyikan lagu itu bikin merinding. Kawan dimanakah kalian sekarang?

Menginjak dewasa aroma kebebasan semakin meluap. rambutku sudah cukup panjang dan jarang disisir. Aku juga pernah pelihara kumis dan jenggot. Keluyuran cuma pakai kaus oblong bergambar Fals dan jeans robek-robek juga dikamaku yang terpampang cuma wajah Fals. Tapi lambat laun aku coba sisir rambut dan mengikatnya, jadi lebih rapi. Terinspirasi penampilan Fals pada salah satu klip bersama ‘Kantata Samsara’ dengan rambut dikuncirnya.
Jaman demo-demoan anti Suharto, aku semakin larut dalam suasana yang Fals banget. Maklum setiap demo yang diadakan, pasti lagu-lagu Iwan Fals dinyanyikan.

Tahun 1996 aku merantau ke Kal-Tim dan kerja di sebuah perusahaan kayu. di kantorpun tidak mempermasalahkan penampilan. Komputer yang aku pakai disana juga penuh lagu Iwan Fals. Jaman hardisk masih 20 giga, hampir seperempatnya terisi mp3 Iwan Fals. Dan setiap hari lagu Fals berkumandang diruangan kantor.

Begitu Fals menggebrak lagi dengan album ‘Suara Hati’, aku juga mengikuti gayanya. Rambut kupotong dan pakaian menjadi lebih rapi. Penampilanku menjadi lebih sopan tidak seliar dulu. Lagipula saat itu aku memutuskan untuk menikah.

Saat menjelang akad nikah, perasaan tegang sekali. Selesai ijab qabul yang lancar, badan ini seperti habis diinjak gajah. Capek sekali, maklum belum tidur sama sekali. Dan terbayang prosesi acara yang bertubi-tubi pasti sangat melelahkan. Seorang kerabat membuatkan kopi yang dicampur rempah, dan manjur juga aku bisa segar kembali walau untuk beberapa jam kedepan.

Dan malamnya... tahu sendiri... aku malah langsung tidur nyenyak hahaha.... Dan juga mimpi nonton konsernya Fals sambil nyanyi ‘keinginan adalah sumber penderitaan’.... hahaha....

Saat album ‘In Collaboration’ meledak, aku mengapresiasikan dengan biasa-biasa saja. Karena aku kurang begitu suka Fals menyanyikan lagu cinta karya orang lain. Ternyata istriku yang malah jadi gandrung. Padahal awalnya dia tidak terlalu suka Iwan Fals.


Suatu saat ada seorang sahabat memberika 1 potong kaus produksi IFM berukuran all size. Dia bilang kaus itu untuk aku. Saking senangnya aku sampai sujud sukur dan terus mencium shabatku dan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Saat kehamilan anak pertama, lagu yang sering kuputarkan didekat perut istriku adalah lagu ‘Nak’ dan lagu ’14-4-84’. Saat anak pertamaku lahir dia kuberinama ANISA CIKAL RAMBU BASSAE dan yang kedua kuberinama RAYYA RAMBU RABHANI. Itu semua kulakukan karna kecintaanku terhadap Bang Iwan Fals.

Dan kini aku masih aktif di perusahan perkayuan, dan hari-hariku lebih banyak habis di ‘goa’ ku (begitu istilah yang diberikan istriku untuk ruangan khusus komputer dirumah). Karena pekerjaanku yang tidak terikat waktu, aku bisa bebas mengatur sendiri jadwalku. Dari waktu luang itu aku bisa melengkapi koleksi lirik Iwan Fals di website Iwan Fals Mania dan menulis catatan semacam ini.

Iwan Fals bagiku bukanlah dewa. Dia hanyalah seorang manusia yang kuanggap sahabat. Sahabat yang menjadi dekat lewat lirik-lirik dan gaya bertuturnya melalui musik. Sahabat yang banyak memberi inspirasi dan semangat kesederhanaan penuh kejujuran.

Minggu, 14 Maret 2010

50 Kalimat Indah Dalam Lirik Lagu Iwan Fals



1. “Berhentilah jangan salah gunakan, kehebatan ilmu pengetahuan untuk menghancurkan”.
(Puing – album Sarjana Muda 1981)

2. “Hei jangan ragu dan jangan malu, tunjukkan pada dunia bahwa sebenarnya kita mampu”.
(Bangunlah Putra-Putri Pertiwi – album Sarjana Muda 1981)

3. “Cepatlah besar matahariku, menangis yang keras janganlah ragu, hantamlah sombongnya dunia buah hatiku, doa kami dinadimu”.
(Galang Rambu Anarki – album Opini 1982)

4. “Jalan masih teramat jauh, mustahil berlabuh bila dayung tak terkayuh”.
(Maaf Cintaku - album Sugali 1984)

5. “Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari, bila luka di kaki belum terobati”.
(Berkacalah Jakarta - album Sugali 1984)

6. “Riak gelombang suatu rintangan, ingat itu pasti kan datang, karang tajam sepintas seram, usah gentar bersatu terjang”.
(Cik - album Sore Tugu Pancoran 1985)

7. “Aku tak sanggup berjanji, hanya mampu katakan aku cinta kau saat ini, entah esok hari, entah lusa nanti, entah”.
(Entah - album Ethiopia 1986)

8. “Mengapa bunga harus layu?, setelah kumbang dapatkan madu, mengapa kumbang harus ingkar?, setelah bunga tak lagi mekar”.
(Bunga-Bunga Kumbang-Kumbang - album Ethiopia 1986)

9. “Ternyata banyak hal yang tak selesai hanya dengan amarah”.
(Ya Ya Ya Oh Ya - album Aku Sayang Kamu 1986)

10. “Dalam hari selalu ada kemungkinan, dalam hari pasti ada kesempatan”.
(Selamat Tinggal Malam - album Aku Sayang Kamu 1986)

11. “Kota adalah hutan belantara akal kuat dan berakar, menjurai didepan mata siap menjerat leher kita”.
(Kota - album Aku Sayang Kamu 1986)

12. “Jangan kita berpangku tangan, teruskan hasil perjuangan dengan jalan apa saja yang pasti kita temukan”.
(Lancar - album Lancar 1987)

13. “Jangan ragu jangan takut karang menghadang, bicaralah yang lantang jangan hanya diam”.
(Surat Buat Wakil Rakyat - album Wakil Rakyat 1987)

14. “Kau anak harapanku yang lahir di zaman gersang, segala sesuatu ada harga karena uang”.
(Nak - album 1910 1988)

15. “Sampai kapan mimpi mimpi itu kita beli?, sampai nanti sampai habis terjual harga diri”.
(Mimpi Yang Terbeli - album 1910 1988)

16. “Seperti udara kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalas, Ibu”.
(Ibu - album 1910 1988)

17. “Memang usia kita muda namun cinta soal hati, biar mereka bicara telinga kita terkunci”.
(Buku Ini Aku Pinjam - album 1910 1988)

18. “Dendam ada dimana mana di jantungku, di jantungmu, di jantung hari-hari”.
(Ada Lagi Yang Mati - album 1910 1988)

19. “Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari, keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat”.
(Perempuan Malam - album Mata Dewa 1989)

20. “Kucoba berkaca pada jejak yang ada, ternyata aku sudah tertinggal, bahkan jauh tertinggal”.
(Nona - album Mata Dewa 1989)

21. “Oh ya! ya nasib, nasibmu jelas bukan nasibku, oh ya! ya takdir, takdirmu jelas bukan takdirku”.
(Oh Ya! - album Swami 1989)

22. “Wahai kawan hei kawan, bangunlah dari tidurmu, masih ada waktu untuk kita berbuat, luka di bumi ini milik bersama, buanglah mimpi-mimpi”.
(Eseks eseks udug udug (Nyanyian Ujung Gang) - album Swami 1989)

23. “Api revolusi, haruskah padam digantikan figur yang tak pasti?”.
(Condet - album Swami 1989)

24. “Kalau cinta sudah di buang, jangan harap keadilan akan datang”.
(Bongkar - album Swami 1989)

25. “Kesedihan hanya tontonan, bagi mereka yang diperkuda jabatan”.
(Bongkar - album Swami 1989)

26. “Orang tua pandanglah kami sebagai manusia, kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta”.
(Bongkar - album Swami 1989)

27. “Satu luka perasaan, maki puji dan hinaan, tidak merubah sang jagoan menjadi makhluk picisan”.
(Rajawali - album Kantata Takwa 1990)

28. “Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata kata”.
(Paman Doblang - album Kantata Takwa 1990)

29. “Mereka yang pernah kalah, belum tentu menyerah”.
(Orang-Orang Kalah - album Kantata Takwa 1990)

30. “Aku rasa hidup tanpa jiwa, orang yang miskin ataupun kaya sama ganasnya terhadap harta”.
(Nocturno - album Kantata Takwa 1990)

31. “Orang orang harus dibangunkan, kenyataan harus dikabarkan, aku bernyanyi menjadi saksi”.
(Kesaksian - album Kantata Takwa 1990)

32. “Ingatlah Allah yang menciptakan, Allah tempatku berpegang dan bertawakal, Allah maha tinggi dan maha esa, Allah maha lembut”.
(Kantata Takwa - album Kantata Takwa 1990)

33. “Kebimbangan lahirkan gelisah, jiwa gelisah bagai halilintar”.
(Gelisah - album Kantata Takwa 1990)

34. “Bagaimanapun aku harus kembali, walau berat aku rasa kau mengerti”.
(Air Mata - album Kantata Takwa 1990)

35. “Alam semesta menerima perlakuan sia sia, diracun jalan napasnya diperkosa kesuburannya”.
(Untuk Bram - album Cikal 1991)

36. “Duhai langit, duhai bumi, duhai alam raya, kuserahkan ragaku padamu, duhai ada, duhai tiada, duhai cinta, ku percaya”.
(Pulang Kerja - album Cikal 1991)

37. “Dimana kehidupan disitulah jawaban”.
(Alam Malam - album Cikal 1991)

38. “Ada dan tak ada nyatanya ada”.
(Ada - album Cikal 1991)

39. “Aku sering ditikam cinta, pernah dilemparkan badai, tapi aku tetap berdiri”.
(Nyanyian Jiwa - album Swami Il 1991)

40. “Aku mau jujur jujur saja, bicara apa adanya, aku tak mau mengingkari hati nurani”.
(Hio - album Swami Il 1991)

41. “Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta walau aku tahu tak terdengar, jariku menari tetap tak akan berhenti sampai wajah tak murung lagi”.
(Di Mata Air Tidak Ada Air Mata - album Belum Ada Judul 1992)

42. “Mengapa besar selalu menang?, bebas berbuat sewenang wenang, mengapa kecil selalu tersingkir?, harus mengalah dan menyingkir”.
(Besar Dan Kecil - album Belum Ada Judul 1992)

43. “Angin pagi dan nyanyian sekelompok anak muda mengusik ingatanku, aku ingat mimpiku, aku ingat harapan yang semakin hari semakin panjang tak berujung”.
(Aku Disini - album Belum Ada Judul 1992)

44. “Jalani hidup, tenang tenang tenanglah seperti karang”.
(Lagu Satu - album Hijau 1992)

45. “Sebentar lagi kita akan menjual air mata kita sendiri, karena air mata kita adalah air kehidupan”.
(Lagu Dua - album Hijau 1992)

46. “Kita harus mulai bekerja, persoalan begitu menantang, satu niat satulah darah kita, kamu adalah kamu aku adalah aku”.
(Lagu Tiga - album Hijau 1992)

47. “Kenapa kebenaran tak lagi dicari?, sudah tak pentingkah bagi manusia?”
(Lagu Empat- album Hijau 1992)

48. “Kenapa banyak orang ingin menang?, apakah itu hasil akhir kehidupan?”.
(Lagu Empat- album Hijau 1992)

49. “Anjingku menggonggong protes pada situasi, hatiku melolong protes pada kamu”.
(Lagu Lima - album Hijau 1992)

50. “Biar keadilan sulit terpenuhi, biar kedamaian sulit terpenuhi, kami berdiri menjaga dirimu”.
(Karena Kau Bunda Kami - album Dalbo 1993)