Senin, 15 Maret 2010

SEKAPUR SIRIH

Banyak kawan menganggap aku salah satu penggemar berat Iwan Fals. Karena sampai saat ini baru lagu-lagu Iwan Fals yang paling pas dan mantap buatku. Dan aku belum menemukan pilihan lain selain lagu-lagu Iwan Fals yang ternyata ‘bisa’ didengarkan sampai kedalam ‘hati’ bukan hanya dari materi musiknya tetapi lebih kepada lirik-liriknya"

Lagu-lagu Iwan Fals, meskipun musiknya sederhana, bahkan tidak sedikit yang musiknya ‘tidak jelas’, tetapi masih saja membekas dan penuh kenangan. Padahal aku sendiri mengakui suara Iwan jauh dari tipe suara yang memiliki nilai jual. Apalagi pada lagu-lagu terakhirnya, kadang vocal Iwan kurang memuaskan. Pada beberapa lagu malah hanya menggunakan gitar akustik dengan permainan yang tidak maut-maut banget, cuma jrang-jreng.

Jadi teringat dengan lagu ‘Sore Tugu Pancoran’. Lagu itulah yang aku nyanyikan saat ngumpul bareng kawan kawanku. Genjrang-g Sudah takdir, kawan kawanku yang mengetahui itu hanya tersenyum, Maka setiap hari aku menyanyikannya. Sampai sekarang setiap mendengar lagu itu teringat sama kawan kawanku... Terima kasih Kawan, entah dimana engkau sekarang berada.

Saat SMP kegilaanku pada Iwan Fals menjadi. Tas sekolah penuh dengan wajah Fals. Celana Biru pendek dikedua saku belakangnya sudah pasti ada Fals. Disekujur kain yang membalut kaki samar tertulis lirik ‘Belum Ada Judul’. Sampai sepatu North Star yang aku pakai juga ditempeli wajah Fals. Sayang waktu itu tidak boleh gondrong, kalau boleh sudah pasti aku gondrong juga.

Aku masih ingat ada seorang kawan yang menyindir dengan mengatakan kalau aku ndak keren, ndak gaul, suka kok sama Iwan Fals, kampungan. Tapi ndak tak reken, mau ikut-ikutan gaul rasanya percuma, karena semua itu bukan duniaku. Lagu-lagu mereka saat itu rasanya terlalu lembut. Masa-masa itu biasanya selepas magrib aku suka iseng ngajak beberapa kawanku untuk Nonkrong di terotoar. Mungkin ingin merasakan apa yang dirasakan Fals dahulu.

Rata-rata semalam sudah pasti yang aku nyanyikan adalah lagu-lagunya Iwan Fals, Lagu yang paling sering kami bawakan adalah ‘Di Mata Air Tidak Ada Air Mata’. Kata mereka, kalau aku menyanyikan lagu itu bikin merinding. Kawan dimanakah kalian sekarang?

Menginjak dewasa aroma kebebasan semakin meluap. rambutku sudah cukup panjang dan jarang disisir. Aku juga pernah pelihara kumis dan jenggot. Keluyuran cuma pakai kaus oblong bergambar Fals dan jeans robek-robek juga dikamaku yang terpampang cuma wajah Fals. Tapi lambat laun aku coba sisir rambut dan mengikatnya, jadi lebih rapi. Terinspirasi penampilan Fals pada salah satu klip bersama ‘Kantata Samsara’ dengan rambut dikuncirnya.
Jaman demo-demoan anti Suharto, aku semakin larut dalam suasana yang Fals banget. Maklum setiap demo yang diadakan, pasti lagu-lagu Iwan Fals dinyanyikan.

Tahun 1996 aku merantau ke Kal-Tim dan kerja di sebuah perusahaan kayu. di kantorpun tidak mempermasalahkan penampilan. Komputer yang aku pakai disana juga penuh lagu Iwan Fals. Jaman hardisk masih 20 giga, hampir seperempatnya terisi mp3 Iwan Fals. Dan setiap hari lagu Fals berkumandang diruangan kantor.

Begitu Fals menggebrak lagi dengan album ‘Suara Hati’, aku juga mengikuti gayanya. Rambut kupotong dan pakaian menjadi lebih rapi. Penampilanku menjadi lebih sopan tidak seliar dulu. Lagipula saat itu aku memutuskan untuk menikah.

Saat menjelang akad nikah, perasaan tegang sekali. Selesai ijab qabul yang lancar, badan ini seperti habis diinjak gajah. Capek sekali, maklum belum tidur sama sekali. Dan terbayang prosesi acara yang bertubi-tubi pasti sangat melelahkan. Seorang kerabat membuatkan kopi yang dicampur rempah, dan manjur juga aku bisa segar kembali walau untuk beberapa jam kedepan.

Dan malamnya... tahu sendiri... aku malah langsung tidur nyenyak hahaha.... Dan juga mimpi nonton konsernya Fals sambil nyanyi ‘keinginan adalah sumber penderitaan’.... hahaha....

Saat album ‘In Collaboration’ meledak, aku mengapresiasikan dengan biasa-biasa saja. Karena aku kurang begitu suka Fals menyanyikan lagu cinta karya orang lain. Ternyata istriku yang malah jadi gandrung. Padahal awalnya dia tidak terlalu suka Iwan Fals.


Suatu saat ada seorang sahabat memberika 1 potong kaus produksi IFM berukuran all size. Dia bilang kaus itu untuk aku. Saking senangnya aku sampai sujud sukur dan terus mencium shabatku dan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Saat kehamilan anak pertama, lagu yang sering kuputarkan didekat perut istriku adalah lagu ‘Nak’ dan lagu ’14-4-84’. Saat anak pertamaku lahir dia kuberinama ANISA CIKAL RAMBU BASSAE dan yang kedua kuberinama RAYYA RAMBU RABHANI. Itu semua kulakukan karna kecintaanku terhadap Bang Iwan Fals.

Dan kini aku masih aktif di perusahan perkayuan, dan hari-hariku lebih banyak habis di ‘goa’ ku (begitu istilah yang diberikan istriku untuk ruangan khusus komputer dirumah). Karena pekerjaanku yang tidak terikat waktu, aku bisa bebas mengatur sendiri jadwalku. Dari waktu luang itu aku bisa melengkapi koleksi lirik Iwan Fals di website Iwan Fals Mania dan menulis catatan semacam ini.

Iwan Fals bagiku bukanlah dewa. Dia hanyalah seorang manusia yang kuanggap sahabat. Sahabat yang menjadi dekat lewat lirik-lirik dan gaya bertuturnya melalui musik. Sahabat yang banyak memberi inspirasi dan semangat kesederhanaan penuh kejujuran.

Tidak ada komentar: